MENDIDIK ANAK SECARA KRISTIANI - BAGIAN I (Sebuah Pencarian dan Perenungan Pribadi)

on Kamis, 14 Agustus 2008

Hari – hari ini aku mengalami kebingungan bagaimana sebenarnya cara yang terbaik dalam mendidik dan mengasuh anak-anakku. Pertanyaan itu terus berkecamuk dalam hatiku, aku merasa tidak puas karena belum menemukan jawaban yang tepat. Ada satu saat aku berfikir mendidik anak harus tegas, kita sebagai orang tua tidak boleh menuruti saja apa mau anak-anak ,tetapi kita harus lebih bijaksana memilah mana yang boleh dan tidak boleh dituruti dalam pengertian apakah permintaan anak berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain, apakah permintaan anak berdampak negative atau tidak, adakah manfaatnya (lebih lanjut).Tapi kadangkala ada saat dimana aku sebagai orang tua merasa bersalah karena mengecewakan anakku.
Bolehkah memukul anak? Ini juga kerap menjadi pertanyaan dihatiku.Karena kadangkala saat kewalahan menghadapi kenakalan anakku aku memukul dia.Berusaha kukontrol kemarahanku untuk tidak memukul dengan keras,tetapi kemudian aku dapat merasakan bahwa aku sudah memukul dengan keras karena tanganku yang kupakai untuk memukul terasa sakit.
Bagaimana sebaiknya?
Dari
www.sarapanpagi.org aku membaca suatu artikel yang ditulis oleh “BP” diartikel tersebut dikatakan bahwa dalam menerapkan disiplin perlu ketegasan tetapi tidak dengan kekerasan., karena disiplin dengan kekerasan akan menimbulkan luka batin dihati anak.Akibatnya bukan rasa disiplin yang tumbuh dalam jiwa mereka melainkan rasa takut, atau bahkan jiwa pemberontakan dan gangguan emosi lain yang mereka tumpahkan saat mereka merasa sudah cukup kuat untuk memberontak. Rasul Paulus mengajarkan bahwa orangtua harus menjaga hati anak-anaknya demikian : “"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (Efesus 6:4).
Tetapi di Amsal 13:24 dikatakan : “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya."
Seolah-olah dalam ayat tersebut Tuhan mengijinkan memukul dalam mendidik anak.Dalam hal ini tongkat tidak berarti tongkat.Tongkat melambangkan kuasa Allah. Dengan demikian dapatlah dimengerti bahwa Amsal tersebut juga berbicara tentang pimpinan Kuasa Allah untuk kita dalam mendidik anak-anak kita . Yesus berkata dalam Kisah 1:8: "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu...". Maka jelaslah bagi kita dalam mendidik-pun anak-anak kita perlu pimpinan Roh Kudus sebagai kekuatan, ini adalah kuasa yang Tuhan berikan kepada kita.
Orang-tua sebaiknya menempatkan rumah sebagai ajang pelatihan dengan mengikuti materi dan prinsip-prinsip Alkitab sebagai berikut : Amsal 29:17 "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu" Amsal 22:6 "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”
Metode apakah yang terbaik ?
Bagaimanakah kita sebagai orangtua menanamkan disiplin dalam diri anak-anak kita.Kapan kita harus menggunakan tongkat dengan ketegasan dan kapan kita harus menggunakan kata-kata yang lemah lembut.
BAgaimana mendidik dan mendisiplinkan anak dengan cara Alkitab ?
Dalam Matius 11:28-30 Tuhan Yesus memberi pengajaran yang luar biasa, sebuah pengajaran yang sangat sejuk, tanpa paksaan dan kekerasan : "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Cara Yesus mengajar ini sangat sederhana;
pertama : datang kepadaKu
kedua : Aku memasang kuk (beban)
yang ketiga : belajarlah kepadaKu.
Metode ini dapat pula menjadi cara kita dalam mendidik anak-anak. Pertama : sebagai orang-tua/ guru kita harus menjadi pribadi yang akrap kepada anak-anak, sehingga anak-anak tidak canggung, tidak sungkan, tidak takut untuk datang kepada orangtuanya sebagai sandaran yang memberikan mereka keamanan dan kelegaan.
Yang kedua : Orang tua harus menanamkan tanggung-jawab kepada anak sejak awal akan tugas-tugas (beban/kuk) mereka sebagai umat Allah, bahwa beban yang mereka pikul bukanlah beban yang memberatkan, tetapi suatu tugas yang mulia.
Dan yang ketiga : Belajarlah kepadaku, yang berarti orang tua harus menjadi panutan bagi anak-anak. Bahwa orangtua harus menjadi pribadi yang patut dicontoh seperti Tuhan Yesus yang lemah-lembut dan rendah-hati. Ketika orang-tua berhasil menjadi tokoh panutan bagi anak-anaknya, hal ini akan memudahkan orang-tua itu mengarahkan anak-anaknya menjadi pribadi yang diharapkannya.
Ghandi adalah seorang tokoh besar dalam sejarah, dengan terang-terangan mengaku bahwa perjuangan yang dia lakukan ter-inspirasi oleh pengajaran cinta-kasih sebagai sari pengajaran Yesus dalam Khotbah diatas Bukit. Maka Gandhi melakukan perjuangannya yang kita kenal gerakan ahimsa dan swadesi, sebuah gerakan anti kekerasan yang terilhami oleh tokoh yang dia kagumi yaitu Yesus Kristus. Meski Gandhi menolak disebut "beragama Kristen" tetapi dia tidak menolak disebut sebagai "seorang Kristen" karena dia adalah seorang penganut ajaran Yesus Kristus. Metode Yesus telah dicontoh oleh Gandhi, kemudian Gandhi menjadi guru dan teladan bagi rakyat India untuk berjuang dalam kemerdekaan India dengan tanpa kekerasan, kesuksesannya sudah terbukti. Maka, kitapun bisa memandang hal tersebut sebagai sebuah inspirasi yang memotivasi kita menjadi teladan yang patut dicontoh anak-anak kita. Bahwa kita selalu memegang sebuah amanat, masa depan anak-anak kita tergantung dari bekal pendidikan dan pembentukan karakter yang kita bina sejak awal.

Dibawah ini aku mengutip kata-kata bermakna dalam yang ditulis oleh Ibu Dorothy Law Nolte, yang juga menjadi inspirasi untukku sebagai ibu agar berhati-hati dalam mendidik anak2ku :

* Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
* Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
* Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
* Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
* Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
* Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
* Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
* Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
* Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
* Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mengasihi.
* Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi.
* Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan.
* Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan.
* Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan.
* Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
* Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan kasih dalam kehidupan.
* Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar damai dengan pikiran.


Ketika lahir, anak seperti secarik kertas putih yang kosong..Seperti apa masa depannya nanti hampir 90% bergantung bagaimana orang tuanya yang dianugerahi kepercayaan untuk merawat,mendidik dan membesarkannya mengisinya.Sebuah titikpun ditorehkan diatas kertas putih itu akan merubahnya….
Ini menggambarkan betapa besar tanggung jawab orangtua terhadap anak-anaknya..dan betapa berat perjalanan kemasa depan yang mesti disiapkan orang tua untuk anak-anaknya…Tetapi dengan bimbingan Roh Kudus dan hikmat yang daripada Nya Tuhan pasti memampukan saya dan orang tua dibelahan bumi manapun untu membimbing dan mengarahkan anak – anak kita menggapai masa depan yang terbaik yang sudah disiapkan Tuhan untuk mereka.

Salam Hangat
RINA

Dilema Ibu Yang Bekerja

on Rabu, 28 Mei 2008

Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh ibu bekerja,selain dapat mensuport ekonomi keluarga,dengan bekerja juga ibu dapat mengekspresikan dirinya sehingga lebih percaya diri dan luas wawasannya karena berkesempatan bertemu dan bersosialisasi dengan banyak orang.Tetapi bagaimana dengan anak-anak yang masih kecil-kecil?jangan-jangan mereka nanti menjadi “anak pembantu” atau “anak nenek”.
Sebagai ibu bekerja,wanita dituntut untuk bisa membagi waktu antara rumah tangga (anak dan suami) juga pekerjaan.Jika ibu terlalu sibuk dengan karir dan pekerjaan, anak-anak dan suami akan protes,anak tidak terurus,rumah berantakan.Sementara jika ibu memutuskan untuk bekerja seadanya,pekerjaan menjadi terbengkalai maka bos di kantor akan marah dan bukannya tidak mungkin akan dipecat.Untuk itu seorang ibu harus bijaksana mencari solusi dari masalah ini agar ibu dapat bekerja dengan baik dan anak,suami serta rumah dapat terurus dengan baik pula.


Ada beberapa hal yang bisa dilakukan :
  1. Menentukan apa yang menjadi tujuan ibu dalam bekerja.Bila tujuan ibu adalah untuk mensuport ekonomi keluarga mungkin ibu dapat mendaftar beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk mendapatkan penghasilan selain dengan bekerja full time.Bila ibu bisa memperoleh peluang untuk melakukan usaha dari rumah seperti yang dilakukakn banyak wanita saat ini contoh seperti yang dilakukan Desi Marwati ( http://www.majalahpengusaha.com/content/view/153/48/ )sehingga waktu ibu lebih fleksibel untuk mengurusi keluarga, ini sangat baik untuk ibu maupun keluarga.Tetapi bila tidak, mungkin ibu bisa melirik pekerjaan parttime yang tidak membutuhkan waktu 8am to 5pm sehingga waktu ibu lebih banyak untuk keluarga, tetapi tentu pendapatan dari pekerjaan parttime tidak sebanyak pendapatan dari pekerjaan full time.( http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/05/24/29/112074/hamil-hambat-kinerja-cobalah-bekerja-paruh-waktu )Jika memang kedua hal diatas bukan merupakan solusi yang tepat dan ibu memutuskan tetap bekerja full time atau jika yang dikejar ibu adalah karir maka beberapa langkah dibawah ini mungkin dapat membantu agar keluarga dan pekerjaan dapat berjalan searah.Tetapi sebelum itu ibu juga harus menentukan seberapa lama waktu setiap hari yang akan ibu habiskan untuk pekerjaan?bagaimana dengan week end apakah ibu memilih untuk menikmati bersama keluarga atau bagaimana jika pekerjaan menuntut waktu week end anda? pertanyaan ini mungkin bisa menjadi pertimbangan lebih lanjut bagi ibu untuk memutuskan pekerjaan yang akan dijalani di masa mendatang.


  2. Diskusikan dengan suami.Karena tanpa pengertian dan dukungan suami dalam mengurus anak dan rumah tangga maka semuanya tidak akan berjalan dengan lebih baik.Ada beberapa point yang harus dibicarakan dengan suami, antara lain: apa tujuan anda bekerja, berapa lama waktu yang dituntut oleh pekerjaa dan perusahaan dari anda,dan mintalah pendapat suami anda bagaiman memanajemen waktu anda dan bagaimana untuk saling mendukung melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus serta mengawasi anak-anak.


  3. Manajemen waktu Ibu sebaik mungkin.Susunlah agenda sehingga setiap aktivitas dapat diatur dengan baik.Jika ibu sudah menetapkan bahwa hari sabtu dan minggu adalah waktu untuk keluarga maka berusahalah untuk menepatinya,berikan waktu untuk berinteraksi dengan anak setiap hari dengan menemani mereka bermain,atau belajar.Karena bukan hanya mereka yang membutuhkan ibu tetapi ibu juga membutuhkan mereka untuk melengkapi kebahagiaan anda sebagai wanita.


  4. Berusahalah untuk tidak membawa masalah kantor dan pekerjaan ke rumah dan masalah rumah tangga ke kantor.


  5. Delegasikan sebagian tugas kantor dan tugas rumah kepada orang lain.(rekan kerja,bawahan,pembantu rumah tangga,pengasuh anak,keluarga dll).Penting untuk ibu memiliki orang-orang yang dapat dipercaya untuk melakukan sebagian tugas-tugas rumah dan kantor agar ibu memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga dan pekerjaan dapat berjalan dengan baik.


  6. Tetapkan waktu kebersamaan dengan suami dan diri sendiri.waktu bersama suami penting untuk menjaga keharmonisan perkawinan, dan juga sama pentingnya untuk tetap memperhatikan diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang anda senangi dan merawat diri sehingga anda tidak kehabisan energi dan tetap relaks.




see u,

belajar ngeblog !!

on Selasa, 27 Mei 2008



halo all,
mulai dari liat-liat blog orang akhirnya kepikiran buat blog sendiri.Banyak banget blog-blog yang bagus (kreatif banget ya)Kayaknya asyik banget bisa bikin tulisan sendiri,dapet temen trus bisa berkreasi sendiri...
udah nyoba bikin 3 blog tapi kok gagal semua ya heheh..akhirnya dengan semangat 45 nih..jadi juga postingan pertama blog ini,walaupun baru salam pembuka aja..
Tujuanku bikin blog ini buat share pengalaman dan ide-ide juga informasi.
buat teman-teman yang mampir ke blog ku ini,mohon saran2nya yah supaya blog ini tampilnya oke. Btw, ini ada satu blog yang tulisannya cukup inspiratif buat saya..siapa tau bisa membantu teman-teman yang lagi belajar ngeblog juga.http://thegadgetnet.com/
see u,