Bolehkah memukul anak? Ini juga kerap menjadi pertanyaan dihatiku.Karena kadangkala saat kewalahan menghadapi kenakalan anakku aku memukul dia.Berusaha kukontrol kemarahanku untuk tidak memukul dengan keras,tetapi kemudian aku dapat merasakan bahwa aku sudah memukul dengan keras karena tanganku yang kupakai untuk memukul terasa sakit.
Bagaimana sebaiknya?
Dari www.sarapanpagi.org aku membaca suatu artikel yang ditulis oleh “BP” diartikel tersebut dikatakan bahwa dalam menerapkan disiplin perlu ketegasan tetapi tidak dengan kekerasan., karena disiplin dengan kekerasan akan menimbulkan luka batin dihati anak.Akibatnya bukan rasa disiplin yang tumbuh dalam jiwa mereka melainkan rasa takut, atau bahkan jiwa pemberontakan dan gangguan emosi lain yang mereka tumpahkan saat mereka merasa sudah cukup kuat untuk memberontak. Rasul Paulus mengajarkan bahwa orangtua harus menjaga hati anak-anaknya demikian : “"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (Efesus 6:4).
Tetapi di Amsal 13:24 dikatakan : “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya."
Seolah-olah dalam ayat tersebut Tuhan mengijinkan memukul dalam mendidik anak.Dalam hal ini tongkat tidak berarti tongkat.Tongkat melambangkan kuasa Allah. Dengan demikian dapatlah dimengerti bahwa Amsal tersebut juga berbicara tentang pimpinan Kuasa Allah untuk kita dalam mendidik anak-anak kita . Yesus berkata dalam Kisah 1:8: "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu...". Maka jelaslah bagi kita dalam mendidik-pun anak-anak kita perlu pimpinan Roh Kudus sebagai kekuatan, ini adalah kuasa yang Tuhan berikan kepada kita.
Orang-tua sebaiknya menempatkan rumah sebagai ajang pelatihan dengan mengikuti materi dan prinsip-prinsip Alkitab sebagai berikut : Amsal 29:17 "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu" Amsal 22:6 "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”
Metode apakah yang terbaik ?
Bagaimanakah kita sebagai orangtua menanamkan disiplin dalam diri anak-anak kita.Kapan kita harus menggunakan tongkat dengan ketegasan dan kapan kita harus menggunakan kata-kata yang lemah lembut.
BAgaimana mendidik dan mendisiplinkan anak dengan cara Alkitab ?
Dalam Matius 11:28-30 Tuhan Yesus memberi pengajaran yang luar biasa, sebuah pengajaran yang sangat sejuk, tanpa paksaan dan kekerasan : "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Cara Yesus mengajar ini sangat sederhana;
pertama : datang kepadaKu
kedua : Aku memasang kuk (beban)
yang ketiga : belajarlah kepadaKu.
Metode ini dapat pula menjadi cara kita dalam mendidik anak-anak. Pertama : sebagai orang-tua/ guru kita harus menjadi pribadi yang akrap kepada anak-anak, sehingga anak-anak tidak canggung, tidak sungkan, tidak takut untuk datang kepada orangtuanya sebagai sandaran yang memberikan mereka keamanan dan kelegaan.
Yang kedua : Orang tua harus menanamkan tanggung-jawab kepada anak sejak awal akan tugas-tugas (beban/kuk) mereka sebagai umat Allah, bahwa beban yang mereka pikul bukanlah beban yang memberatkan, tetapi suatu tugas yang mulia.
Dan yang ketiga : Belajarlah kepadaku, yang berarti orang tua harus menjadi panutan bagi anak-anak. Bahwa orangtua harus menjadi pribadi yang patut dicontoh seperti Tuhan Yesus yang lemah-lembut dan rendah-hati. Ketika orang-tua berhasil menjadi tokoh panutan bagi anak-anaknya, hal ini akan memudahkan orang-tua itu mengarahkan anak-anaknya menjadi pribadi yang diharapkannya.
Ghandi adalah seorang tokoh besar dalam sejarah, dengan terang-terangan mengaku bahwa perjuangan yang dia lakukan ter-inspirasi oleh pengajaran cinta-kasih sebagai sari pengajaran Yesus dalam Khotbah diatas Bukit. Maka Gandhi melakukan perjuangannya yang kita kenal gerakan ahimsa dan swadesi, sebuah gerakan anti kekerasan yang terilhami oleh tokoh yang dia kagumi yaitu Yesus Kristus. Meski Gandhi menolak disebut "beragama Kristen" tetapi dia tidak menolak disebut sebagai "seorang Kristen" karena dia adalah seorang penganut ajaran Yesus Kristus. Metode Yesus telah dicontoh oleh Gandhi, kemudian Gandhi menjadi guru dan teladan bagi rakyat India untuk berjuang dalam kemerdekaan India dengan tanpa kekerasan, kesuksesannya sudah terbukti. Maka, kitapun bisa memandang hal tersebut sebagai sebuah inspirasi yang memotivasi kita menjadi teladan yang patut dicontoh anak-anak kita. Bahwa kita selalu memegang sebuah amanat, masa depan anak-anak kita tergantung dari bekal pendidikan dan pembentukan karakter yang kita bina sejak awal.
Dibawah ini aku mengutip kata-kata bermakna dalam yang ditulis oleh Ibu Dorothy Law Nolte, yang juga menjadi inspirasi untukku sebagai ibu agar berhati-hati dalam mendidik anak2ku :
* Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Ketika lahir, anak seperti secarik kertas putih yang kosong..Seperti apa masa depannya nanti hampir 90% bergantung bagaimana orang tuanya yang dianugerahi kepercayaan untuk merawat,mendidik dan membesarkannya mengisinya.Sebuah titikpun ditorehkan diatas kertas putih itu akan merubahnya….
Ini menggambarkan betapa besar tanggung jawab orangtua terhadap anak-anaknya..dan betapa berat perjalanan kemasa depan yang mesti disiapkan orang tua untuk anak-anaknya…Tetapi dengan bimbingan Roh Kudus dan hikmat yang daripada Nya Tuhan pasti memampukan saya dan orang tua dibelahan bumi manapun untu membimbing dan mengarahkan anak – anak kita menggapai masa depan yang terbaik yang sudah disiapkan Tuhan untuk mereka.